Rabu, 21 Oktober 2015

LAPORAN KEGIATAN MAGANG WISMA ABDI


LAPORAN KEGIATAN MAGANG MAHASISWA


PADA UNIT PELAKSANAAN TEKNIS
 BALAI PEMBIBITAN DAN PELATIHAN TERNAK RUMINANSIA
 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
 KABUPATEN KAMPAR





Oleh :



WISMA ABDI
130102131











PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
TELUK KUANTAN
2014






LAPORAN KEGIATAN MAGANG

UNIT PELAKSANAAN TEKNIS
 BALAI PEMBIBITAN DAN PELATIHAN TERNAK RUMINANSIA 
DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN  
 DI DESA KUAPAN KECAMATAN TAMBANG 
KABUPATEN KAMPAR

Oleh :
WISMA ABDI
NPM : 130102131


Menyetujui :


      Dosen Pembimbing                                                          Pimpinan UPT



                       Ir. Lis Darti Roza, M.Si                                                       H. MARJANIS
                            NIDN: 1009106301                                                 NIP. 196710301989031001






          MENGETAHUI:

                                                          Ketua Program Studi Peternakan





                                                                    Ir. Lis Darti Roza, M. Si
                                                                     NIDN. 1009106301







LAPORAN KEGIATAN MAGANG MAHASISWA


UNIT PELAKSANAAN TEKNIS
 BALAI PEMBIBITAN DAN PELATIHAN TERNAK RUMINANSIA 
DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 
DI DESA KUAPAN KECAMATAN TAMBANG 
KABUPATEN KAMPAR




Oleh :



WISMA ABBDI
130102131







PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
TELUK KUANTAN
2014







KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan magang pada Unit Pelaksanaan Teknis Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Di Desa Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Kegiatan magang ini merupakan  salah satu Mata Kuliah Wajib semester VII pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Islam Kuantan Singingi Teluk Kuantan, Riau.
            Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih  kepada Ibu Ir. Lis Darti Roza, Msi sebagai pembimbing kegiatan magang yang telah banyak membantu, memberikan arahan dan bimbingan dalam kegiatan magang sampai pembuatan laporan ini, Ucapan terimakasih juga kepada Bapak Pimpinan UPT Balai Pembibitan Peternakan  beserta jajarannya yang telah membantu dan membimbing kami di lokasi selama kegiatan magang berlangsung.   
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena ituu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca yang berguna untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

                                                                                                    Teluk Kuantan,   September 2014



                                                                                                                            Penulis






DAFTAR ISI
        Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................               i
DAFTAR ISI .............................................................................................             ii
DAFTAR TABEL......................................................................................             iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................              iv
DAFTAR LAMPIRAN….........................................................................               v
I.              PENDAHULUAN...........................................................................              1
1.1  Latar Belakang ...........................................................................             1
1.2  Tujuan Magang ...........................................................................             2
1.3  Manfaat Magang.........................................................................              2

II.           GAMBARAN UMUM.....................................................................              3
2.1  Geografi......................................................................................               3
2.2  Sejarah Berdirinya UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan 
      Ternak Ruminansia Dinas Peternakan dan Kesehatan
       Kabupaten Kampar          ..........................................                               4
2.3  Bidang Usaha..............................................................................              6
2.4  Sarana dan Prasarana...................................................................              7

III.        HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................               10
3.1  Bangsa Sapi Perah ......................................................................             10
3.2  Pemeliharaan Sapi Perah serta Produksi di UPT Kampar……...             11
3.3  Manajemen Pemeliharaan ...........................................................             12
3.4  Manajemen Pemerahan................................................................             15
3.5  Manajemen Perkandangan..........................................................              16
3.6  Manajemen Reproduksi...............................................................             17
3.7  Recording....................................................................................              20
3.8  Penanganan Penyakit..................................................................               20

IV.       KESIMPULAN DAN SARAN........................................................                21

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................                22







DAFTAR GAMBAR
Gambar                                                                                                      Halaman

1.    Peta Kabupaten Kammpar ........................................................................          3

2.    Struktur Organisai UPT Balai Pembibitan dan 
      Kesehatan Ternak Ruminansia Dinas Peternakan dan Kesehatan    Hewan......................................................................................................            6

3.    Sapi Perah Yang Di Pelihara UPT kampar ...........................................             10

4.    Kandang Induk yang Sedang Laktasi........................................................         13








DAFTAR LAMPIRAN
                                                                                                        Halaman
1.    Daftar Kegiatan Harian Program Mahasiswa........................................   

                  
2.    Dokumentasi………..............................................................................  

      
3.    Foto Kopi Sertipikat……………..........................................................  


4.      Biodata Mahasiswa Magang…………………………………………      







I.       PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sapi perah merupakan salah  satu jenis ternak penghasil bahan makanan berupa susu yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan secara ekonomis sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat. Ketersediaan dan permintaan susu di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar, dimana jumlah yang tersedia jauh  lebih rendah dari pada permintaan atau kebutuhan manusia. Susu penting artinya bagi menunjang kesehatan generasi bangsa terlebih anak-anak. Susu yang lebih banyak dikonsumsi ialah susu yang dihasilkan dari sapi kendati susu juga dihasilkan oleh ternak lain seperti kuda, kambing dan kerbau. Pemeiharaan sapi perah sebagai penghasil susu masih sangat sedikit disbandingkan dengan jumlah susu yang dikonsumsi oleh masyarakat sehingga untuk memenuhi permintaan akan susu pemerintah melakukan kebijakan dengan melakukan pengimporan susu.
Pada umumnya sapi perah yang dipelihara di Indonesia berjenis FH (Fries Holand) dan PFH (Peranakan Fries Holand). Sapi FH berasal dari Eropa yang memiliki lingkungan hidup dengan temperature <220C. Oleh sebab itu usaha ternak sapi perah di Indonesia ditemukan pada daerah-daerah tertentu yang berhawa dingin.
Penyebaran ternak sapi perah di Indonesia belum begitu merata, ada beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang tapi ada yang sangat jarang atau terbatas populasinya. Penyebaran usaha sapi perah juga mengikuti daerah jalur konsumen.
Memmelihara ternak sapi perah pada prinsipnya adalah memanfaatkan biologis ternak melalui rekayasa berbagai factor produksi untuk mendapatkan efisiensi pertumbuhan yang optimal. Factor produksi yang sangat utamadiperhatikan ialah pakan, tatalakasana pemeliharaan, kesehatan, kualitas bakalan, perkandangan, pengolahan paska produksi dan pemasaran sehingga akan menghasilkan produktifitas yang baik pula. Pada ternak sapi bagian besar pakan merupakan bahan berserat, dimana nilai kecernaan sangat tergantung pada aktivitas mikroorganisme rumen. Pada pakan yang berkualitas rendah terutama yang memiliki serat kasar tinggi dengan kadar protein yang rendah akan menyebabkan produktivitas ternak tidak optimal. Untuk memperoleh produktivitas yang lebih tinggi diperlukan teknologi yang dapat menyeimbangkan pakan sumber energi dan pakan sumber protein.
Menurut Mukhtar (2006) komposisi dan produksi susu sapi yang dipengaruhi oleh factor genetic dan lingkungan. Factor genetic yang mempengaruhi meliputi bangsa, individu, keturunan, lama bunting dan ukuran badan sedangkan factor lingkungan yang memepengaruhi adalah pakan, musim, lama pengeringan, pemerahan, perawatan dan perlakuan, penyakit dan obat-obatan.
Ternak sapi perah di Kabupaten Kampar dapat ditemukan di UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Dinas Peternakan dan Kesehtan Hewan Kabupaten Kampar dengan jumlah produksi ternak 63 ekor yang terdiri atas 34 ekor yang sedang laktasi, 6 ekor yang sedang bunting, 8 ekor pejantan, 11 ekor dara, dan 4 ekor pedet. Produksi susu sapi FH di UPT ini masih rendah dibandingkan kemampuan genetik yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian diatas penulis memandang perlu untuk melakukan magang di UPT desa Kuapan untuk mengetahui kondisi peternakan dan mekanisme kerjanya serta produktifitas ternak sesuai atau tidak dengan kondisinyan.
1.2 Tujuan Magang
Magang ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi produksi susu di UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar dan bagaimana penerapan manajemen pemeliharaan sapi perah pada keadaan nyata mulai dari system perkandangan, pakan, penyakit, pemerahan, dan pengolahan susu.
1.3  Mamfaat Magang
Mamfaat dari hasil magang ini adalah diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu dan keterampilan pada keadaan nyata di lapangan atau dunia kerja sehingga mahasiswa lebih terampil dalam bidang peternakan khususnya mengenai system manajemen pemeliharaan ternak sapi perah.


II.    GAMBARAN UMUM

2.1   Geografi
            Secara geografi Kabupaten Kampar dengan luas lebih kurang 10.928,20  km² merupakan daerah yang terletak antara 1°00’40” Lintang Utara sampai 0°27’00” Lintang Selatan dan 100°28’30” – 101°14’30” Bujur Timur.
Gambar1. Peta Kabupaten Kampar
Kabupaten ini berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut:
·         Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Bengkalis
·         Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kuantan Singingi
·         Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota (Provinsi Sumatra Barat)
·         Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan

Secara administrasi, Kabupaten Kampar dibagi kedalam 20 Kecamatan dengan jumlah penduduk + 688.204 jiwa dan rata-rata kepadatan penduduk adalah 50,78 jiwa per km2. Sebagian besar penduduk (67.22%) bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan hanyan sebagian kecil (0.22%) yang bekrja di sector Listrik, Gas dan Air Bersih.
Kabupaten Kampar dilalui oleh dua buah sungai besar dan beberapa sungai kecil, di antaranya Sungai Kampar yang panjangnya ± 413,5 km dengan kedalaman rata-rata 7,7 m dan lebar rata-rata 143 meter. Seluruh bagian sungai ini termasuk dalam Kabupaten Kampar yang meliputi Kecamatan XIII Koto Kampar, Bangkinang, Bangkinang Barat, Kampar, Siak Hulu, dan Kampar Kiri. Kemudian Sungai Siak bagian hulu yakni panjangnya ± 90 km dengan kedalaman rata-rata 8 – 12 m yang melintasi kecamatan Tapung. Sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten Kampar ini sebagian masih berfungsi baik sebagai sarana perhubungan, sumber air bersih, budi daya ikan, maupun sebagai sumber energi listrik (PLTA Koto Panjang).
Kabupaten Kampar pada umumnya beriklim tropis, suhu minimum terjadi pada bulan November dan Desember yaitu sebesar 21 °C. Suhu maksimum terjadi pada Juli dengan temperatur 35 °C, kelembabannya berkisar antara 50-98% dan curah hujan rata-rata per tahun  95.90%.                        
2.2 Sejarah Berdirinya UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Peternakan Dinas Peternakan       Kabupaten Kampar
Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Riau dengan potensi yang cukup besar dan potensial dijadikan sebagai daerah sumber bahan pakan ternak ruminansia. Bahan tersebut antara lain berupa limbah industry (kulit nanas), limbah pengolahan kelapa sawit, limbah pertanian seperti jerami padi dan limbah perkebunan seperti pelepah kelapa sawit. Potensi ini sangat relevan untuk memeproduksi daging sapi dan susu segar dengan mengembangkan agribisnis sapi potong dan sapi perah (Aninomous, 2006).
Awal berdirinya UPT ini adalah dengan diawali kerja sama antara Balitbangda (Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah) Kabupaten Kampar yang dimilai sejak tahun 2003. Pada tahun 2006 kegiatan pengkajian ditingkatkan dan difokuskan pada pengembangan sapi perah untuk menghasilkan susu segar dan pedet jantan yang dilahirkan untuk menghasilkan daging.
Adapun bibit awal sapi yang dipelihara di UPT  ada dua jenis yaitu ternak sapi perah dan sapi potong. Untuk jenis sapi perah yang dipelihara adalah jenis FH (Fries Holand). Sapi ini didatangkan pada akhir bulan November 2005 dari daerah sumedang jawa barat sebanyak 25 ekor yang kesemuanya adalah ternak betina. Untuk pengembangan lebih lanjut pada Desember  2008 jumlah sapi ditambah lagi sebanyak 12 ekor yang terdiri dari 10 ekor sapi betina dan 2 ekor sapi pejantan.
Untuk mengoptimalkan produksi susu maka sapi perah yang dipelihara di UPT diberikan pakan tambahan berupa ampas tahu, dedak dan bekatul kelapa. Jumlah pakan konsentrat yang diberikan ialah sebanyak 6 kg/ekor/hari dalam bentuk bahan kering. Pengamatan langsung dilapangan menunjukkan bahwa sarana produksi peternakan (sarponak) sapi perah belum memadai. Produksi susu yang masih rendah berkisar antara 6-7 liter perhari. Produksi ini dibandingkam dengan produksi susu ddi jawa daerah Jawa Barat dan Sumatra Barat yaitu berkisar 8-9 liter perhari.                                
            Jumalah tenaga kerja yang mengelola perternakan sapi perah di UPT Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar adalah 13 orang yang terdiri dari 1 orang staf manager, 1 orang staf teknik dan 9 orang tenaga lapangan. Adapun bentuk struktur organisasi UPT secara umum dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.


Kepala Dinas Peternakan Kabupaten  Kampar
KA UPT Pembibitan
Kasubak Tata Usaha


UPT Pembibitan Ternak Unggas
UPT Pembibitan Ternak Ruminansia Kecil
UPT Pembibitan Ternak Ruminansia Besar
Staf Teknik Ternak Unggas
Staf Teknik Ternak  Kecil
Staf Teknis Ternak Besar
Pekerja Lapangan
Pekerja Lapangan
Pekerja Lapangan

Gambar 2. Struktur Organisasi UPT Balia Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar.
            Berdasarkan Surat Edaran Keputusan Bupati Kampar No : 35 Pasal 3 Tahun 2003, tugas pokok UPT antara lain :
1)      Melaksanakan pembibitan dan pengembangan hijauan pakan ternak serta meningkatkan kualitas makanan ternak dilingkungan UPT.
2)      Melaksanakan pembibibtan dan pemuliabiakan ternak besar, kecil dan unggas;
3)      Melaksanakan produksi semen cair dan beku serta beberapa tugas penting yang berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan di UPT.
2.3  Bidang Usaha
            Adapun bidang usaha yang dilakukan oleh UPT ialah mengelolah usaha perternakan sapi perah dan sapi potong dengan sisitem Diary-Beef yaitu menghasilkan susu segar dan sapi bakalan secara bersama. Selain itu UPT juga tengah melakukan riset untuk menghasilkan semen beku yang nantinya akan disebarkan kepada masyarakat.
2.4  Sarana dan Prasarana
            Untuk menunjang dan memperlancar kerja di UPT maka disediakan beberapa fasilitas baik itu sarana maupun prasarana sehingga alur proses pemeliharaan menjadi lebih mudah.
a.       Kandang
Kandang yang digunakan dalam pemeliharaan sapi perah ini adalah kandang yang berukuran 2.5x 3 meter untuk dua ekor sapi perah. Atap kandang terbuat dari seng. Ketinggian atap sekitar 4,8 meter agar sirkulasi udara berjalan dengan baik, dinding kandang terbuat dari semen sekitar 1.5 meter, sedangkan bagian atasnya terbuka. Fungsinya  mencegah agar terpaan angin tidak langsung mengenai sapi. Sementara itu bagian yang terbuka berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara.
b.      Atap Kandang
Atap kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari panas matahari dan curah hujan. Kontruksi dan bahan yang dipasang sebagai atap perlu dipilih dari jenis yang ringan, tahan panas, tidak menyerap panas, tidak bocor, dan tahan terhadap curah hujan yang lebat, atap yang digunakan pada kandang sapi perah tersebut menggunakan atap seng dengan tingkat kemiringan 45o.
c.       Dinding Kandang
Penggunaan dinding kandang berfungsi agar ternak berada selalu di dalam kandang ddan terhindar dari gangguan luar. Dinding tersebut dari beton dan di cat dengan warna putih.
d.      Lantai Kandang
Lantai kandang terbuat dari semen dan pada sudut lantai terdapat kemiringan sekitar 20o untuk memudahkan dalam pembersihan kandang
e.       Tempat Pakan dan Minum
Tempat makan dan minum terpisah antara tempat rumput dan air yang selalu tersedia. Dibuat lebih tinggi dari lantai agar pakan yang diberikan tidak terinjak-injak atau bercampur dengan kotoran.
f.       Saluran Pembuangan Kotoran
Lebar jalan pada bagian tengah kandang adalah 1 meter. Dibagian pinggir masing- masing kandang terdapat dua buah saluran pembuangan kotoran dengan ukuran 30 cm. fungsinya, untuk mengalirkan kotoran dan urine sapi kesaluran pembuangan urine dan kotoran.
g.      Kandang Anakan
Usaha peternkan sapi perah biasa menghasilkan susu karena induknya telah melahirkan. Agar susunya bisa diperah, anakan sapi harus dipisahkan dari induknya. Karena itu dibutuhkan kandang anakan. Tempat makan dan minum anak sapi di buat pada bagian depan kandang. Posisi tempat pakan dsesuaikan dengan tinggi kepala dan leher anak sapi.
h.      Peralatan Memerah Susu
Agar pemerahan susu berjalan dengan baik dan kualitas susu yang dihasilkan bisa terjaga diperlukan peralatan sebagai berikut:
1.      Ember Susu
Ember susu digunakan sebagai wadah penampung susu yang diperah secara manual. Terbuat dari bahan anti karat, seperti Stainless atau alumunium karena tahan karat dan mudah untuk dibersihkan. Ember yang karatan mempengaruhi kualitas susu yang ditampung.
2.      Saringan Pemerah susu (Strainer)
Untuk mayaring susu agar benar-benar bersih dari benda asing yang terbawa pada pemerahan. Saringan disini terdapat berupa lap bersih dan halus.
3.      Timbang
Timbangan digunakan untuk mengetahui jumlah liter susu yang dihasilkan masing-masing sapi perah.
4.      Perlengkapan Kebersihan
Untuk menjaga kenyamanan sapid an kebersihan kandang diperlukan peralatan yang tepat sehingga kebersihannyabisa optimal. Perlengkapan yang dibutuhkan sapi perah untuk memandikan sapi perah adalah diantaranya sikat, ember, slang air, dan sabun detirjen, sementara itu untuk membuang kotoran diperlukan sapu lidi, sikat, selang dan sekop.
5.      Pakan
Salah satu faktor yang menentukam keberhasilan usaha peternakan sapi perah adalah kecukupan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Fungsi pakan dalam usaha peternkan sapi perah adalah sangat vital dalam menunjang kelansungan, pertumbuhan, produksi, reproduksi, dan kesehatan ternak. Jenis pakan yang diberikan pada sapi perah di UPT ini adalah jeniis rumput gajah dan kosentrat berupa ampas tahu.
6.      Peralatan Lainnya
Peraltan untuk memperlancar usaha peternakan adalah antara lain mesin pencacah (chooper) namun disini tampak tidak ada hanya sabit untuk mengambil rumput dan mencacah secara manual dengan menggunakan tangan.

Selain diatas masih ada beberapa peralatan yang belum disbutkan seperti mobil pengangkut rumput, alat pengolahan susu, alat untuk IB dan tempat penyimpanan semen beku. Untuk kedepannya tentu dibutuhkan alat-alat lain untuk memperlamcar sarana dan prasarana dibidang peternakan sehingga hasil yang akan dicapai dapat lebih dioptimalkan.



                         







III.       HASIL DAN PEMBAHASAN

            Dari hasil magang di UPT Balai Pembibitan Peternakan Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Selama 45 hari didapatkan hasil sebagai berikut.
3.1 Bangsa Sapi Perah
            Salah satu jenis sapi perah adalah sapi FH (Friessian Holand). Sapi perah ini merupakan jenis sapi yang dipelihara di Unit Pelaksanaan Tugas Daerah (UPT) Balai Pembibitan dan Pelatihan Ternak Ruminansia Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar. Sapi FH pada awalnya tidak diseleksi kearah kemampuan untuk merumput sehingga sukar beradaptasi dengan padang rumput yang kualitasnya jelek. Seleksi terhadap jenis sapi ini hanya ditujukan kearah jumlah produksi susu.


Gambar 5. Sapi perah yang dipelihara di UPT Dinas Peternakan Kabupaten Kampar
            Sapi Fh yang dipelihara di UPT ini memiliki warna belang-belang hitam dan putih, dengan bagian kaki dan ujung ekor yang berwarna putih. Kepala panjang, sempit dan lurus. Tanduknya relatif pendek dan melengkung kearah depan, akan tetapi bobot badan yang dimiliki masih dibawah normal yaitu hanya mencapai 420 kg pada induk betina, dan 436 kg pada pejantan begitu juga produksi susu masih dibawah normal hal ini disebabkan  kurangnya ransum yang diberikan kepada sapi.
3.2  Pemeliharaan Sapi Perah Serta Produksi dan Pengolahan di UPT Kampar
       Pemeliharaan sapi perah di UPT ini dilakukan secara intensif (dikandangkan),ternak sapi yang dipelihara di UPT Kabupaten Kampar tidak dipelihara dibiarkan merumput di padang rumput yang disediakan, akan tetapi sapi-sapi tersebut dikandangkan yang dibuat dalam bentuk los yang memanjang dan dan diberi pembatas yang berukuran 2.5 x3 m satu petaknya terdiri dari 2 ekor sapi dengan pakan dan minum disediakan pada tempatnya. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan siang hari. Setiap pemberian pakan selalu diselingi yaitu pemberian kosentrat terlebi dahulu baru setelah itu di berikan pakan hijauan berupa rumput gajah yang ditanam dilingkungan UPT maupun rumput atau leguminosa yang berasal dari luar. Untuk menjaga kesehatan ternak, kandang ternak harus selalu dibersihkan, sehinnga tidak ada bibit penyakit yang berada pada fese maupun urine ternak yang terkontaminasi dengan ternak itu sendiri maupun hasil pemerahan susu.
      Hal diatas kurang baik untuk diterapkan di UPT ini karena sebaiknya sapi dibiarkan merumput atau digembalakan sesaat setelah pemerahan, hal ini bertujuan sebagai penggerak badan bagi sapi.
      Sapi betina yang laktasi perlu dirawat secara teratur. Pemberian pakan dan pemerahan susu harus dijadwalkan dengan baik. Hal ini penting dilakukan karena perawatan yang tidak teratur dapat mengurangi produksi susu. Oleh karena itu di UPT ini sapi yang sedang laktasi dan sebelum diperah sapi dimandikan dan disikat setiap hari dal ini dilakukan agar sapi senantiasa sehat dan susu yang diperah tidak tercemar mikroba yang dapat menimbulkan penyakit.
      Susu segar yang dihasilkan di UPT harus segera ditangani dengan cepat dan benar, hal ini disebabkan oleh sifat susu segar yang sangat mudah terkontaminasi. Susu segar yang dihasilkan di UPT ini masih diutamkan penggunaannya untuk pedet dan juga sudah melakukan pengolahan menjadi minuman susu kemasan yang diberikan untuk anak sekolah khususnya murid sekolah dasar program ini dihentikan pada tahun 2012 dan UPT sekarang menjual susu kepada masyarakat dengan harga Rp 4000,00/liter
      Produksi susu pagi hari lebih tinggi dibandingkan produksi susu pada sore hari setiap tingkat laktasi yang berbeda. Jumlah susu yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh jarak pemerahan, semakin panjang waktu pemerahan maka akan semakin banyak susu yang dihasilkan. Jarak pemerahan sore ke pagi adalah 14 jam sedangkan jarak pemerahan dari pagi ke sore 10 jam.
      Faktor yang mempengaruhi produksi susu dapat dilihat dari bangsa ternak (Breed), suhu dilingkungan sekitar, dan jenis pakan yang diberikan. Pada UPT Kampar bangsa sapi yang dipelihara adalah jenis FH. Menurut Animous (2006), sapi FH adalah ternak sapi perah yang memiliki bentuk badan dan ambing besar dengan bobot badan mencapai 570-730 kg untuk betina dan 900-1100 kg untuk jantan. Jenis sapi ini bertempramen tenang dan jinak serta dapat memproduksi susu sebesar 5750-6250 kg/th sehingga termasuk sebagai jenis sapi yang unggul dan sangat cocok dipelihara untuk ternak penghasil susu.
      Diperkirakan suhu lingkungan di UPT Kampar berkisar antara 25 0C – 27 0C lebih tinggi dibandingkan suhu normal tubuh, berkembang dan berproduksi untuk sapi perah karena sapi perah biasanya hidup atau tumbuh pada daerah yang sejuk atau dingin dengan suhu dilingkungan berkisar 18 0C - 21 0C.
     
3.3  Manajemen pemeliharaan
1.      Manajemen pemeliharaan pedet
Berdasarkan hasil magang di UPT Kabupaten Kampar manajemen pemeliharaan pedet meliputi pemberian susu dari induknya dimana pedet tidak menyusu secara langsung pada induknya, tetapi diberi susu dengan menggunakan ember susu. Pedet yang ada saat magang belum mengalami lepas sapih. Menurut Muljana (1985) masa lepas sapih berarti sapi sudah tidak mendapatkan susu lagi dari induk sehingga untuk memenuhi kebutuhannya dibutuhkan pakan yang dapat menggantikan kebutuhan akan susu tersebut. Ensminger (1992) menambahkan bahwa lepas sapih pedet sekitar antara 2-3 bulan sedangkan pemisahan pedet bisa dilakukan satu minggu pertama tetapi pedet tetap diberi susu sesuai dengan kebutuhan pedet.
2.      Manajemen pemeliharaan sapi dara
Berdasarkan hasil magang bahwa sistem pemberian pakan pada sapi dara sama dengan dengan sapi yang lain namun kapasitas yang berbeda yaitu lebih banyak konsentrat untuk tujuan masa siap dikawinkan atau bunting awal. Pemberian pakan pada sapi dara akan sangat mempengaruhi perkembangan sapi dara, baik perkembangan bagian tubuhnya maupun alat reproduksinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ensminger (1992) yang menytakan bahwa sapi dara adalah sapi pada masa antara lepas sapih sampai laktasi pertama kali yaitu berkisar antara umur 12 minggu sampai dengan 2 tahun. Siregar (1998) menambahkan bahwa pada masa lepas sapih, berarti sapi sudah tidak mendapatkan susu lagi dari induk sehingga untuk memenuhi kebutuhannya dibutuhkan pakan yang dapat menggantikan kebutuhan akan susu tersebut. Jadi, pada perawatan sapi dara lebih diutamakan pada pemberian pakan yang tepat yang nantinya dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
3.      Manajemen pemeliharaan sapi laktasi
            Ternak sapi yang dipelihara di UPT Kabupaten Kampar tidak dibiarkan merumput di padang rumput yang disediakan, akan tetapi sapi-sapi tersebut dikandangkan yang dibuat dalam bentuk los yang memanjang dan diberi pembatas yang berukuran 1.5 x 3 m satu petaknya terdiri dari 1 ekor sapi dengan pakan dan minum yang disediakan pada tempatnya, biasa juga sistem ini disebut dengan intensif. Sedangkan kandang untuk induk berbentuk petakan yang terdiri dari 2 ekor sapi dalam satu petak dengan pakan dan minum yang disediakan.
Gambar 6. Kandang induk yang sedang laktasi

Berdasarkan hasil magang bahwa pemeliharaan sapi laktasi meliputi pemberian pakan dan air minum, pencatatan produksi susu, pembersihan badan khususnya ambing. Pemberian pakan pada sapi laktasi lebih banyak pemberian rumput dibandingkan konsentrat, untuk tujuan produksi susu.  Hal ini sesuai dengan pendapat Soedono dan Sutardi (2003) menyatakan bahwa pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu, pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Sindorejo (1960) menambahkan untuk sapi perah yang laktasi  pemberian pakan antara konsentrat dibandingkan hijauan lebih banyak karena untuk menunjang produksi susu.
4.      Manajemen pakan
            Berdasarkan hasil magang pakan yang diberikan rumput gajah dan konsentrat berupa ampas tahu. Rumput gajah diberikan dua kali sehari setelah pemerahan pagi dan sore dengan rumput yang sudah dicopper antara 5-10 cm. kosentrat yang diberikan untuk satu ekor sapi sebanyak 25 kg setiap satu kali pemberian, setelah kosentrat habis lalu baru diberikan hijauan setiap satu ekor sapi diberikan hijauan sebanyak 10-12 kg per ekor. Menurut Soedono dan Sutardi (2003), bahwa untuk mendapatkan pakan sapi  perah yang berkoefisien cerna tinggi  dan murah harganya, maka pakan yang diberikan sebanyak-banyaknya 60% dari hijauan untuk menyediakan serat kasar bagi ternak atau untuk produksi energi dan 40% dari konsentrat untuk meningkatkan palatabilitas pakan dan untuk memaksimalkan kerja mikroba rumen. Konsentrat juga diberikan dua kali sehari. Menurut Blakely dan Bade (1994), fungsi utama dari pemberian konsentrat adalah mensuplai energi tambahan yang diperlukan untuk produksi susu secara maksimum dan mengatur atau menyesuaikan tingkat protein suatu ransum tertentu.
Pemberian minum secara ad libitum. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1994) bahwa pada pemeliharaan sapi perah, air minum harus selalu tersedia karena air mempunyai fungsi yang sangat vital. Fungsi dari air untuk sapi perah adalah sebagai zat pelarut dan pengangkut zat pakan, membantu proses pencernaan, penyerapan dan pembuangan hasil metabolisme, memperlancar reaksi kimia dalam tubuh, pengatur suhu tubuh dan membantu kelancaran kerja syaraf panca indera.
3.4  Manajemen pemerahan
a)Pra pemerahan
Persiapan pemerahan yang dilakukan meliputi memandikan sapi perah, penyiapan alat-alat pemerahan dan pembersihan kandang.  Pembersihan kandang dilakukan dengan menyiram lantai kandang, pembuangan kotoran dengan menyemprotkan air sehingga lantai kandang menjadi bersih. Pembersihan kandang merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk menjaga kualitas susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedono dan Sutardi (2003) yang menyatakan bahwa pembersihan kandang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang dapat menyebabkan terkontaminasinya susu oleh bakteri dan akan mempengaruhi susu dimana kotoran tersebut dapat menimbulkan bau yang bisa terserap oleh susu bahwa sebelum pemerahan dimulai kandang sapi harus bebas dari kotoran, hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas susu bahwa daerah di sekitar pemerahan harus bersih dan bebas dari bau sebelum sapi tersebut diperah. Memandikan sapi dilakukan satu kali sehari karena sapi harus selalu bersih setiap kali akan diperah, terutama bagian daerah lipatan paha sampai belakang tubuh sapi dan sebaiknya sapi-sapi perah dimandikan sekurang-kurangnya satu kali sehari. Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1985), cara pemandian sapi yaitu dengan menyiram tubuh sapi dengan menggunakan air  bersih yang dialirkan dari selang kemudian digosok dengan sikat untuk menghilangkan kotoran dan rambut rontok yang menempel.
b)     Proses pemerahan
Selama magang, pemerahan dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi hari pada pukul 03.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB . Pemerahan dilakukan dengan menggunakan tangan. Pemerahan dengan tangan dilakukan dengan metode strippen. Hal ini sesuai dengan pendapat Sindoredjo (1960) yang menyatakan bahwa pemerahan dengan tangan dapat dilakukan dengan 3 cara pemerahan yaitu Whole hand, Strippen dan Knivelen. 
c)Pasca pemerahan
Penanganan setelah pemerahan pada ambing dan puting kami lakukan  dengan air hangat agar sisa-sisa susu yang ada pada ambing dan punting hilang. Hal ini apabila tidak dilakukan dapat menjadi media berkembangnya bakteri pada ambing dan punting. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarief dan Sumoprastowo (1985) yang menyatakan bahwa sesudah selesai diperah puting dicelupkan pada larutan sanitasi untuk menghindari penyakit mastitis. Susu yang telah diperah disaring dan dibawa ke kamar susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1998) yang menyatakan bahwa, penanganan susu yang biasa dilakukan adalah penyaringan susu yang bertujuan untuk mendapatkan susu yang terbebas dari kotoran.
3.5  Manajemen perkandangan
·        Lokasi
Berdasarkan hasil magang di UPT Kabupaten Kampar yang memiliki suhu yang optimal untuk pemeliharaan sapi FH, yaitu 26oC. UPT terletak sekitar perkebunan karet dan deket dengan pemukiman penduduk. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Girisonta (1995) yang menyatakan bahwa lokasi kandang sapi perah yang bagus yaitu sekitar 1-2 kilometer dari permukiman penduduk atau tempat keramaian hal ini bertujuan untuk menghindari bau yang tidak sedap yang membuat tidak nyaman, agar sapi tidak stress sehingga produksi susu tetap bagus, diusahakan lokasi kandang dengan sumber air dekat agar mudah dalam proses sanitasi, mandikan sapi dan lokasi kandang mudah dijangkau sehingga dalam proses pengiriman susu dan pakan tidak mengalami hambatan. Abidin (2002) menambahkan bahwa suhu yang optimal untuk pemeliharaan sapi FH adalah 10 – 27oC.
·        Konstruksi kandang
Berdasarkan hasil kegiatan magang. Manajemen Ternak Perah di UPT, diperoleh hasil bahwa kandang dengan tipe terbuka yang memiliki dinding dari semen, lantai terbuat dari semen dan atap dari seng. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Siregar (1998) yang menyatakan bahwa atap kandang bisa dibuat dari genteng, seng, asbes, daun kelapa ataupun dari bahan lain. Syarief dan Sumoprastowo (1984) menambahkan bahwa bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai dinding adalah anyaman bambu, papan atau bata, ketinggian dinding sebaiknya diperhatikan, yaitu harus setinggi atau lebih tinggi dari tubuh ternak sapi (kurang lebih 2 m), karena berhubungan dengan pengaturan ventilasi dan masuknya sinar matahari sehingga tidak terhalang oleh dinding, tinggi kandang dari lantai sekitar 125-150 cm. Darmono (1993) menyatakan bahwa lantai kandang sebaiknya dibuat dari bahan yang cukup keras dan tidak licin untuk dapat menjaga kebersihan dan kesehatan kandang.
·        Tipe kandang
Berdasarkan hasil magang, kandang sapi menggunakan sistem kandang setengah terbuka dan dibuat dua baris sejajar dengan gang di tengah.. Bentuk ini pandangannya luas dan terbuka, mudah dalam pengawasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarief dan Sumoprestowo (1990) bahwa kandang dengan sistem gang ditengah akan memberikan ketenangan ternak yang tinggal di dalamnya, tidak mudah terganggu oleh ternak yang lain atau oleh petugas yang sedang melakukan pekerjaan. Luas kandang total adalah 888 m2, yang terdiri dari panjang 19 m dan lebar 12 m. Tempat pakan dan tempat minum memiliki panjang 15,3 m, lebar 80 cm, dan tinggi tinggi 1 m. Kandang sapi memiliki memiliki palung pakan sehingga memudahkan sapi mengambil pakannya dan memberikan kemudahan pekerja dalam membersihkannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Siregar (1998), bahwa tempat pakan sebaiknya dibuat berupa palung agar memperudah ternak mengambil makanannnya dan mudah dibersihkan.  .
            Selokan kandang sudah sesuai dengan ketentuan dan menuju ke tempat pembuangan limbah secara lancar dengan kedalaman awal (hulu) 20 cm dan kedalaman akhir (hilir) 15 cm, dan memiliki lebar 30 cm. Keadaan selokan seperti tersebut, maka kotoran akan lancar sampai ke tempat pembuangan akhir dan jika kotoran dalam bentuk padat yang memerlukan bantuan sekop untuk mengalirkannya, maka akan mudah, karena lebar sudah sesuai dengan lebar sekop.  Hal ini sesuai dengan pendapat Syarief dan Sumoprastowo (1990), bahwa selokan harus lancar sampai ke pembuangan akhir.  
·        Sanitasi dan penanganan limbah
            Berdasarkan hasil magang, sanitasi dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum proses pemerahan berlangsung. Sanitasi dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kebersihan sapi dan wilayah perkandangan agar terhindar dari penyakit yang dapat membahayakan ternak. Sehingga diperlukan saluran untuk pembuangan limbah, agar kebersihan kandang tetap terjaga. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soedono dan Sutardi (2003) yang menyatakan bahwa beberapa hal yang perlu dilakukan untuk pencegahan penyakit antara lain karantina ternak yang sakit, vaksinasi, penjagaan kebersihan kandang dan peralatan, drainase yang lancar serta lantai yang tidak dingin dan tidak lembab. Syarief dan Bagus (2011) menambahkan bahwa kandang yang baik harus memiliki saluran pembuangan limbah atau feses sapi. Saluran pembuangan limbah yang ideal adalah dengan lebar 30 cm, yang berfungsi yntuk mengalirkan kotoran sapi ke saluran biogas (bila di peternakan terdapat instalasi biogas) atau ke saluran penampungan kotoran untuk dijual sebagai pupuk kandang. Di UPT ini pengolahan limbah sudah dilakukan dengan memisahkan antara limbah cair dan limbah padat, dimana limbah cair dalam bentuk urine bisa digunakan untuk pupuk kandang, dan limbah padat bisa digunakan sebagai pupuk kompos, sedangkan limbah padat lainnya digunakan untuk pupuk tanaman budidaya yang ditanam di kebun UPT. Limabah yang sudah jadi tersebut dijual kepada para petani disekitar UPT khusunya para petani sawit dan sayuran.

3.4  Manajemen Reproduksi
            Manajemen reproduksi diarahkan kepada upaya mengawinkan sapi yang birahi dengan pejantan yang unggul atau dengan inseminasi buatan. Reproduksi sapi perah erat kaitan nya dengan dengan produksi susu yang dihasilkan karena sapi yang melahirkan  akan menghasilkan susu  yang maksimal. Keterlambatan mengawinkan akan merugikan peternak karena birahi sapi hanya sekali dalam. satu  bulan, oeh karena itu peternak harus selalu memperhatikan dan memantau birahi sapi.
            Sapi perah betina dewasa kelamin pada umur 15-18 bilan, biasanya sapi dara dikawinkan pertama pada umur 18 bulan, dan batas tertinggi sapi induk dapat dikawinkan adalah umur 10-12 tahun. Sedangkan sapi perah jantan mulai dipakai sebagai pemacek pada umur 18 bulan, dan biasanya pada umur 2 tahun, sapi tersebut menjadi pemacek yang handal.
            Kekuatan dan kapasitas hasil perkawinan yang baik pada umur 5-7 tahun. Sesudah pejantan berumur 3-4 tahu, pejantan tersebut dapat  dipakai 4 kali dalam seminggu sebagai pemacek, setelah lebih dari dua minggu diistirahat.kan 10-14 hari dan selanjutnya dipergunnakan lagi.
            Jika sapi telah dikawinkan dan bunting maka yang perlu diperhatikan adalah ransum yang diberikan. Ransum untuk sapi bunting lebih tinggi proteinnya dibadingkan dengan ransum sapi dara untuk memenuhi kebutuhan fetusdan produksi air susu.
            Lama bunting sapi rata-rata 285 hari, biasanya dipengaruhi iklim, makanan, perawatan, dan bangsa sapi. Induk yang akan melahirkan, sebaiknya peternak harus menyediakan lingkungan yang higienis, bersih, nyaman, dan tenang sehingga kelahiran dapat lancer dan terhindar infeksi.
            Kandang sebaiknya dalam keadaan kering, bersih dan hangat. Ukuran kandang lebar , supaya induk dapat bergerak dengan bebas, menjauhkan dari segala gangguan yang mengejutkan, memandikan dan membersikan induk dengan larutan pembersih hama yang sifatnya  ringan, untuk menghindari organism penyebab scours yang dapat mengancam keselamatan pedet.
            Hal yang perlu diprhatikan saat sapi melahirkan adalah kemungkinan distokia (kesuitann dalam melahirkan). Hal ini biasanya dialami pada sapi-sapi berkuran besar, selalu dikurung atau tidak pernah lepas, sapi yang terlalu tua, masa kebuntingan yang terlalu lama, kelahiran kembar, infeksi uterus, kematian fetus dan kekurangan gizi (AAK,2005).
Berdasarkan hasil magang, manajemen perkawinan di UPT tersebut menggunakan sistem Inseminasi Buatan (IB), hal ini dilakukan karena lebih efisien, karena dengan IB akan menghemat waktu perkawinan dan service per conception atau jumlah perkawinan hingga memperoleh kebuntingan pada sapi akan lebih rendah. Tetapi, berhasil atau tidaknya suatu IB dipengaruhi oleh pakan, inseminator dan sperma yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Girisonta (1995) yang menyatakan bahwa Perkawinan secara buatan atau IB maka yang berpengaruh untuk keberhasilan proses perkawinan yaitu inseminator, sperma, pakan dan kondisi ternak diusahakan dalam kondisi benar-benar dalam kondisi berahi.
3.5  Recording
Berdasarkan magang, diperoleh hasil bahwa pencatatan status ternak dilakukan dengan menggunakan pemberian tanda pada telinga (eartag) dan pencatatan lainnya yaitu : catatatan produksi susu, catatan kesehatan ternak, catatan reproduksi dan perkawinan ternak, dan catatan ransum dan perubahan ransum yang selanjutnya disimpan dalam kartu ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Ensminger (1992) yang menyatakan, recording melalui pengafkiran dan program seleksi agar dapat menghilangkan faktor genetik yang buruk dan mengacu pada genetik yang lebih superior, pencatatan susu dan lemak juga merupakan salah satu kunci kepada pemberian pakan sapi perah. Ditambahkan oleh Syarief dan Sumoprastowo (1985), pencatatan tidak lepas dari salah satu pelaksanaan pemberian tanda pengenal ternak berupa; nomor telinga, tanduk, tato, cap bakar, kalung bernomor dan sebagainya.
3.6  Penanganan Penyakit
Penyakit yang sering dialami ternak di UPT Kampar yaitu yaitu Mastitis, neomonia, dan kutu gajah. Penyakit mastitis yaitu desebabkan oleh bakteri penanganan yang dilakukan pihak UPT yaitu menyuntikkan antibiotic pada ambing sapi perah. Penyakit pneomonia sering juga disebut dengan radang paru-paru, biasanya pernapasan ternak terganggu, pengobatannya berupa antibiotik. Sedangkan penyakit kutu gajah ini disebabkan kurangnya kebersihan sehinnga caplak berkembang, penanganan terhadap penyakit kutu gajah yaitu penyemprotan,  biasanya obat yang digunakan berupa obat caplak, deterjen dan dicampur dengan kapur. Biasanya dalam 3- 4 hari kutu gaja yang ada pada sapi mulai menghilang.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      KESIMPULAN
            Manajemen pemeliharaan meliputi pemeliharaan sapi laktasi, bunting dan pedet. Pakan sapi perah meliputi rumput dan konsentrat dengan pemberian 2 kali sehari. Pakan yang diberikan telah mencukupi kebutuhan ternak untuk hidup pokok dan untuk produksi susu. Frekuensi pemerahan dilakukan dua kali sehari pada pukul 07.00 WIB dan 15.00 WIB. Manajemen perkandangan yang ada juga memudahkan pekerja dalam memberikan pakan dan minum untuk ternak, serta dalam melakukan proses sanitasi. Kandang yang digunakan belum dapat dikatakan sesuai untuk pemeliharaan ternak perah, karena lokasinya sudah baik, dekat dengan sumber air namun dekat dari pemukiman penduduk.
5.2.      SARAN
            Sebaiknya kebersihan kandang harus ditingkatkan untuk mencegah berkembang biaknya penyakit. Manjemen pakan juga harus diperhatikan agar bobot badan sapi bertambah dengan pakan yang tidak berlebihan sehingga dapat membantu meningkatkan produksi susu sapi.
                                 















DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Blakely, J dan Bade, D. H. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono).

Murtidjo, A. 2006. Beternak Sapi Potong. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Prihadi. 1996. Tata Laksana dan Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan   Universitas Wangsa Manggala. Yogyakarta.

Sindoeredjo, S. 1960. Pedoman Perusahaan Pemerahan Susu. Direktorat Pengembangan Produksi. Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta.

Siregar, S. 1998. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soedono, A. dan Sutardi. 2003. Pedoman Beternak Sapi Perah. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta

Sugeng, Y. B. 2007. Sapi Potong. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Sutardi, T. 2003. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syarief, M. Z dan C.D.A. Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta.

Syarief, E. K. dan Bagus H. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Untung, O. 1996. Membuat Kandang yang Sehat. Puspaswara. Jakarta.

Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh S.G.N. Djiwa Darmadja).





1 komentar: